A.
Tahun
1926 – 1927
1.
Sumatera Barat
Masuknya pengaruh PKI ke Sumatera Barat tidak lepas dari
peran serta pemuka agama Islam, Haji Datuk Batuah yang membawa dan menyebarkan
paham komunis di daerah tersebut. Pada
tahun 1923 ia menanamkan ajaran komunis di kalangan pelajar-pelajar dan
guru-guru muda Sumatera Thawalib Padang Panjang[2].
Oleh masyarakat setempat ajaran komunis
ini disebut “ilmu kominih” (Schrieke, 1960: 155), yakni menggabungkan ajaran
Islam dengan ide anti penjajahan
Belanda, anti imperialisme-anti kapitalisme dan ajaran Marxis. Pada akhir 1923
didirikan pusat Komunikasi Islam di Padang panjang.
Desember 1925 di Prambanan, Yogyakarta diadakan pertemuan
partai yang dipimpin oleh Alimin. Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh PKI,
diantaranya Budi Sucipto, Aliarcham, Sugono, Surat Hardjo, Martojo, jatim, Sukirno,
Suwarno, Kusno dan lain-lainnya. Sedang Said Ali, pemimpin PKI cabang Sumatera
Barat pada pertemuan ini hadir mewakili seluruh Sumatera. Kemudian diputuskan:
a.
Sejalan dangan Surat Edaran Komite Pusat PKI
No.221[3]
maka PKI cabang Sumatera Barat berusaha mengumpulkan senjata.
b.
Mengadakan aksi-aksi ilegal. Ini terutama
dilakukan dalam bentuk membangun sel-sel PKI di derah-daerah pertanian dalam
rangka memperkuat semangat perlawanan.
c.
Memperkuat propaganda di kalangan buruh-buruh
tani.
Gelagat pemberontakan tercium Pemerintah kolonial Belanda
kemudian segera melakukan penangkapan terhadap pemimpin-pemimpin PKI dengan
tuduhan hendak memberontak. Sekalipun para pemimpin PKI Sumatera Barat telah
banyak yang ditangkap dan dipenjarakan, akan tetapi pada akhirnya pemberontakan
tetap meletus juga, pendukung PKI akhirnya mengikuti jejak rekan-rekan mereka
di Banten, yang meletuskan pemberontakan pada pertengahan November 1926. Mereka
menyerang kedudukan pemerintah. Selanjutnya di Tanjung Ampulu, pada tanggal 1
Januari 1927 terjadi pembakaran rumah milik para pegawai pemerintah Kolonial
Belanda dan kaki tangannya. Di Padang Siberuk para pemberontak membunuh kepala
nagari dan beberapa penduduk yang dianggap kaki tangan Belanda. Di Silungkang,
markas besar kaum pemberontak, terjadi pembunuhan terhadap opsir-opsir Belanda
dan beberapa orang guru agama serta tukang emas yang dianggap bekerja sama
dengan Belanda.
2.
Jawa Barat (Kabupaten Lebak – Madiun)
Masuknya komunisme dikalangan masyarakat menggunakan Islam
sebagai senjata propagandanya, pengertian komunis ditekankan sebagai usaha
menentang Belanda dan
dipersamakan dengan perang
sabil. Hal tersebut kemudian dipertegas oleh Alimin dan
Musso yang datang ke Pandeglang sekitar
tahun 1925. Di hadapan massa, kedua tokoh PKI ini menguraikan secara panjang
lebar soal-soal perjuangan
bangsa menghadapi penjajahan
Belanda. Dengan demikian, dalam
usahanya mendapatkan dukungan
dari rakyat Banten,
para proganda PKI menghilangkan
pengertian komunisme, tetapi
kemudian lebih mengedepankan persamaan
perjuangan antara Islam
dan PKI. Oleh
karena itu, para ulama Banten
tidak menentang kehadiran PKI di
Banten bahkan di
antara para ulama itu kemudian ada yang menjadi pengurus PKI Cabang
Banten. Selain itu dukungan juga datang dari golongan petani yang dijanjikan
akan dibebaskan dari pajak kepal/perorangan
(hoofdgeld).
Dengan meningkatnya aktivitas PKI Banten, bulan Juli –
September 1926, pemerintah Hindia Belanda
melakukan penangkapan terhadap beberapa pemimpin
PKI Banten.[4]
Penahanan ini mengakibatkan pimpinan
PKI berada di
bawah tangan para
ulama dan jawara. Golongan inilah
yang kemudian memimpin
para petani melancarkan pemberontakan pada
bulan November 1926.
Target utama pemberontakan
adalah kaum priyayi dan dipilih secara selektif (kaum priyayi
bukan asli Banten dan
suka melakukan kekerasan kepada
rakyat) yang menjadi sasaran adalah mereka yang telah dianggap mencemari nama baik
Banten. Sementara orang
Cina tidak menjadi
sasaran karena ada indikasi
keterlibatan secara tidak
langsung dalam pemberontakan
tersebut[5].
Pada tanggal 6
November 1926, pecahlah
pemberontakan PKI yang ditandai dengan penyerbuan kota Labuan
pada tengah malam oleh ratusan orang bersenjata. Pemerintah Hindia
Belanda segera melakukan
tindakan terhadap para pemberontak. Pada
tanggal 13 November
1926, pemerintah kolonial
telah melakukan penangkapan di berbagai tempat di Banten, di antaranya
enam kali di Kabupaten Lebak. Sehari
kemudian, pemberontakan PKI
Banten berhasil dipadamkan oleh
pemerintah kolonial dan
sampai bulan Desember
1926, pemerintah kolonial masih
melakukan penangkapan kepada
para pelaku pemberontakan. Para
pemberontak yang berhasil ditangkap kemudian dibuang ke Boven Digul[6],
dipenjaran dan atau dihukum mati.
Dengan dihancurkannya komunisme dan semakin tidak
berdayanya Islam sebagai kekuatan politik, agaknya zaman bagi nasionalisme
telah tiba dan lahirlah PNI pada 4 Juli 1927 dengan Sukarno sebagai Ketua.
B.
Tahun
1948
Madiun Affairs
(Peristiwa Madiun), dawali dengan ketidakpuasan terhadap hasil persetujuan
Renville yang dianggap merugikan pihak Indonesia, kabinet Amir Syarifuddin
dijatuhkan pada 23 Januari 1948 dan menyerahkan mandatnya kepada presiden dan
digantikan kabinet Hatta yang terkenal dengan Re-Ra[7].
Amir kemudian menjadi “golongan kiri” diluar pemerintahan republik memulai
suatu usaha yang menimbulkan bencana untuk mendapatkan kembali kekuasaan.
Februari 1948 berganti nama menjadi Front Demokrasi Rakyat dan mencela
persetujuan Renville yang sebetulnya dirundingkan sendiri oleh pemerintahan
Amir.
11 Agustus 1948 Musso (pemimpin PKI tahun 1920-an) tiba di
Yogyakarta dari Unisoviet memberi kekuatan tersendiri ditubuh PKI, ditambah
lagi partai-partai dalam tubuh FDR menyatakan bersatu dengan PKI. Pertengahan
September pertempuran terjadi antara yang Pro-PKI dan Pro-pemerintah yang pada
17 September dapat dipukul mundur hingga mereka mundur ke Madiun yang kemudian
begabung dengan satuan-satuan yang Pro-PKI lainnya. Puncak aksi PKI adalah
pemberotakan terhadap RI pada 18 September 1948 di Madiun, Jawa Timur. Tujuan
pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan negara
komunis.[8]
Tanggapan pemerintah yang cepat dapat dilihat melalui
kecaman pemberontak melalui radio oleh Sukarno dan menghimbau bangsa Indonesia
bergabung bersama dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan rencananya
membentuk pemerintahan gaya Soviet. Dihadapkan pada dua pilihan, banyak satuan
militer yang pada dasarnya bersimpati kepada pihak anti-pemerintah meilih
menjauhkan diri, begitu juga FDR di Banten dan Sumatera mereka tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengan gerakan Madiun.[9]
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh
TNI dan polisi. pemberontak terus dipukul mundur, Aidit dan Lukman melarikan
diri ke Cina dan Vietnam, Amir
Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Pada
31 Oktober Musso tewas saat berupaya melarikan diri dari tahanan.[10]
Dalam aksi pemberontakan dan penumpasan ini banyak sekali berjatuhan korban
jiwa, baik dari kubu PKI maupun dari pemerintah.
C.
Tahun
1965
Doktrin Nasakom yang dikembangkan oleh Presiden Soekarno
memberi keleluasaan PKI untuk memperluas pengaruh. Usaha PKI untuk mencari
pengaruh didukung oleh kondisi ekonomi bangsa yang semakin memprihatinkan.
Dengan adanya nasakomisasi tersebut, PKI menjadi salah satu kekuatan yang
penting pada masa Demokrasi Terpimpin bersama Presiden Soekarno dan Angkatan
Darat.[11]
Pada pertengahan tahun 1965, berita sakitnya Sukarno
memanggil Aidit yang tengah melakukan perjalanan ke Cina untuk pulang sekaligus
membawa ahli medis dari Cina. Melihat kondisi Sukarno, pada ahli menyimpulkan
bahwa Sukarno akan segera meningggal atau mengalami kelumpuhan permanen. Disis
lain terhembus bahwa ada “Dewan Jendral” yang hendak memberontak pemerintah
berdasarkan bukti dari pernyataan-pernyataan Aidit dan dengan ditemukannya
Telegram Gilchrist.[12]
Kaitannya dengan pihak Inggris adalah bersangkut paut dengan persoalan
Malaysia.
Usulan pembentukan angkatan kelimapun dilontarkan oleh
pihak PKI yang menghendaki masyarakat dipersenjatai, meski hal ini menimbulkan
konflik antara PKI dan Angkatan Darat yang dengan terpaksa, Jenderal Achmad
Yani menyatakan bahwa Presiden berhak mengambil keputusan semacam itu, selain
itu adapula serangan-serangan terbuka terhadap pada elite Angkatan Darat yang
berkaitan dengan gaya hidup mereka yang penuh dengan kemewahan maupun dengan
sikap-sikap reaksioner yang mereka tampilkan. Ditengah situasi yang demikian,
tiba-tiba Sukarno jatuh sakit yang pada gilirannya memunculkan perkejolakan
kekuasaan dan mendorong Aidit untuk lebih berjaga-jaga.
Angkatan Daratpun menyelenggarakan pertemuan-pertemuan
secara teratur, meski isu tentang Dewan Jendral yang hendak menggulingkan
pemerintah semaki merebak luas, hingga pada kritik PKI yang mencap mereka
sebagai koruptor dan kapitalis birokrat.
Pada tanggal 30 September malam 1 Oktober 1965,
ketegangan-ketegangan meletus karena terjadinya percobaan kudeta di Jakarta
yang didalamnya terdapat skenario penculikan jenderal-jenderal yang berakhir
dengan pembunuhan sadis. Tepat menjelang fajar Soeharto yang tidak masuk dalam
daftar penculikan, pergi ke kostrad setelah mendengar berita tersebut dan
langsung mengambil alih komando atas angkatan bersenjata dengan persetujuan
jenderal-jenderal angkatan darat.
Paginya, pihak pemberontak mengumumkan melalui radio bahwa
“Gerakan 30 September” adalah suatu kelompok militer yang telah bertindak untuk
melindungi Sukarno dari kudeta yang telah direncanakan oleh dewan jenderal yang
menjadi kaki tangan Amerika Serikat (CIA).
Referensi:
Buku:
Edman, Peter. 2005. Komunisme Ala Aidit. Center for Information Analysis
Falah, Miftahul. Tt. Pemberontakan Pki 1926 Di Kabupaten Lebak. Jurnal
Karso., Imran, A., dan Setiadi, Asep. Pelajaran
Sejarah Untuk SMTA Kelas 3. Bandung: Penerbit Angkasa
Nurhabsyah. 2004. Pemberontakan PKI Di Silungkung Tahun 1927. Jurnal Fakultas Sastra
Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1994. Gerakan 30 September: Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia: Latar Belakang Aksi, dan Penumpasannya. Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sudiyo. 2003. Arus Perjuangan Pemuda Dari Masa Ke Masa.
Jakarta: Rineka Cipta
Internet:
http://www.mitrafm.or.id/
http://www.sejarahkita.comoj.com/jenny17.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Madiun
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
[1]
Mahasiswa Program S1 Pendidikan Sejarah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
[2]
Suatu lembaga pendidikan yang dimiliki
oleh kalangan pembaharu Islam di Sumatera Barat, dimana haji Batuah merupakan salah seorang pengajarnya (Nurhabsyah,
2004).
[3]
berisi perintah kepada cabang Padang supaya mengumpulkan uang derma yang
dimaksudkan untuk membeli persenjataan yang akan digunakan untuk melakukan aksi
pemberontakan
[4]
Di Rangkasbitung, empat
orang tokoh utama PKI,
yakni Tjondroseputro, Atjim,
Salihun, dan Thu
Tong Hin ditahan
oleh Pemerintah Hindia Belanda
pada akhir bulan
September 1926 (Falah, TT)
[5]
Sebagian masyarakat Cina
di Labuan dan
Menes telah menjual
senjata dan amunisi kepada
kaum pemberontak. Selain
itu, ada juga
orang Cina yang telah menjadi
pemimpin terkemuka PKI
Banten, salah satunya
adalah Tju Tong Hin yang bergabung dengan PKI
Rangkasbitung. (Ibid)
[6] Boven Digul adalah sebuah
kamp tahanan di Papua (id.wikipedia.org)
[7]
Kebijaksanaan reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang (Re-Ra) guna membersihkan
anasir komunis dari tubuh angkatan perang.
[8]
Pada 18 September diumumkan melalui radio bahwa suatu pemerintahan Front
Nasional yang baru telah terbentuk. (Ricklefs, 2005)
[9]
Semaun dan Tan Malaka menyayangkan pemberontakan karena beranggapan PKI masih
lemah dan prematur. Sebaliknya Alimin, Darsono mendukung karena merasa massa(bangsa
Indonesia) mendukung gerakan PKI (Sudiyo, 2003)
[10] Hal ini mengakhiri
karirnya sebagai pemimpin PKI yang berlangsung hanya delapan puluh hari (Op cit)
[11] Kekuatan pemerintahan
seakan-akan tebagi menjadi tiga kubu, yakni Sukarno, PKI, dan AD
[12]
Telegram yang ditemukan dikantor keduataan Inggris yang diduga dikirim dari
atasannya, didalam telegram terdapat kalimat yang menyatakan ada “orang dalam”
yang mendukung Inggris, yang diterjemahkan oleh Aidit sebagai Angkatan Darat
(SNRI, 1994)
9 komentar:
Coret-coret memang perlu, tapi untuk mencorat-coret sejarah PKI, musti jeli dan kritis gan..Kolonial dan PKI itu induknya sama lho yaitu filsafat materialisme, sehingga tidak benar jika peristiwa 1926, 1948 adalah penyerangan PKI terhadap kantor-kantor pemerintah..Menurut bukunya M. As'ad Ali, di masa itu PKI membuat agitasi/propaganda luar biasa untuk menebar ketakutan dengan menghancurkan surau, merampok, membunuh dll...
bermanfaat sekali, silahkan juga kunjungi Kumpulan tugas dan materi kelas SMA atau upaya indonesia menghadapi pemberontakan yang mengancam disintegrasi bangsa indonesia dan juga tokoh pejuang indonesia
bermanfaat sekali, silahkan juga kunjungi Kumpulan tugas dan materi kelas SMA atau upaya indonesia menghadapi pemberontakan yang mengancam disintegrasi bangsa indonesia dan juga tokoh pejuang indonesia
Salut untuk Kang David Blitar... Setubuh eh Setuju !!!
Wah menambah wawasan saya tentang sejarah PKI ini, terima kasih mas
Bung Karno sering berujar Jas Merah (Jangan sekali2 melupakan sejarah) tp kenapa beliau lupa kalau Aidit terlibat dg pemberontakan Muso di tahun 1948 dan masih mempercayai Aidit. Kira2 apa alasan dan sebabnya?
Wah ternyata sejarah pemberontakan PKI di Madiun juga cukup panjang ya. Apalagi latar belakangnya. Sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita menjaga tanah air kita, jangan sampai ada lagi kelompok-kelompok seperti PKI ini.
Mgkin bung karno punya politik sendiri untuk memancing pki arus bawah.spt induk ayam apabila dtangkap ato drangkul pasti aanak2nya bakal triak2 n muncul dr persembunyiannya. Mohon dbenarkan bila saya salah
Posting Komentar
Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)
Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V