Remaja Muslim dan Tantangannya

Penulis Toto Gutomo, pada 8 Agu 2011

Seputar Identitas, Tantangan, Hingga Renungan
Oleh: Toto Gutomo


Remaja: Sebuah Pribadi Unik yang Terancam
Menjadi seorang remaja bukanlah suatu yang gampang, dimana dimasa ini psikologi manusia sangat labil dan mudah mendapatkan pengaruh dari lingkungan yang sangat beragam. Dari sudut pandang Islam, seorang Muslim sudah dibimbing untuk selalu berlaku bagaimana seharusnya seperti yang tertuang dalam hukum Islam pada Al-quran dan Hadits. Tradisi menurunkan ilmu-ilmu agama diajarkan oleh orang tua, guru disekolah formal maupun sekolah non formal, selain itu orang tua mampu mengontrol (mengamati) anaknya secara penuh karena dekat dengan mereka.
Disini penulis akan menghadirkan sebuah kejadian dimana remaja Muslim sebagai objek serta tantangan yang dihadapinya khusunya di Indonesia sebagai negara yang warga negaranya sebagian besar menganut agama Islam. Sejak kedatangan Islam di Nusantara beberapa abad silam.[1] Pada awal perkembangannya Islam masuk melalui pedagang dan penjelajah seperti halnya pada teori “pengantar Imperialisme” oleh Darsiti Soeratman yang menjelaskan bahwa pedagang dan penjelajah merupakan “pengantar” dalam perubahan-perubahan di dunia diawal-awal datangnya kebudayaan non lokal.
Definisi remaja menurut KBBI adalah Orang yang mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin, muda atau pemuda, penulis mendefinisikan remaja adalah seorang yang berusia diantara 14 – 22 tahun dan sikapnya bervariasi namun masih mudah terpengaruh dengan dunia luar, diantara remaja-remaja ini ada yang bersifat kekanak-kanakan dan bersifat dewasa.

Islam di Indonesia sangat berbeda jika dibandingkan dengan Islam yang diterapkan nabi Muhammad SAW di Madinah sebagai negara pertama yang menerapkan sistem Islam.[2] Dimana konsep negara adalah negara raya[3], negara Indonesia lebih mengarah kepada negara barat dengan label Demokrasi dan Liberalnya[4] dimana hal ini juga berdampak pada perilaku remaja Muslim di Indonesia. Dimana hubungannya ini ditemukan? Penulis merumuskan adanya hubungan kebijakan pemerintah atas pembukaan kebudayaan barat secara lebar dan perilaku remaja Muslim yang kian “menuruti” kebudayaan tersebut. Sebenarnya tidak hanya Indonesia, seluruh negara di dunia bisa dipastikan mendapat pengaruh dari kebudayaan barat.[5] Selanjutnya kebudayaan barat ini dibungkus dalam sebuah paham pemikiran yang akrab disebut dengan westernisme. Westernisme berasal dari dua kata, yakni West[6] yang berarti Barat dan Isme[7] yang berarti Pemikiran/Paham dan jiga diramu akan menghasilkan arti yang senada dengan kalimat sebelumnya.
Dengan kekuatan keyakinan Islam dalam diri masing-masing remaja maka terbagilah remaja-remaja muslim dalam beberapa kekuatan yang berbeda, mereka yang ilmu agamanya kuat dan memiliki minat menegakkan Islam maka akan menjadi intelektual Muslim. Intelektual Muslim adalah lapisan Muslim terdidik yang mempunyai peran khusus dalam mengembangkan nilai-nilai budaya. Karenanya mereka memegang kepemimpinan di dalam masyarakat.[8] Mereka adalah “orang kuat” yang berdiri tegak mencoba terus berjalan tanpa gentar oleh tantangan zaman. Disisi lain ada yang sangat menarik, yakni banyak sekali remaja Muslim yang tidak mencerminkan ke-Islam-annya dengan berlaku kebarat-baratan serta penerapan banyak budaya Barat yang beberapa diantaranya jelas-jelas dilarang dalam Islam, conntohnya saja cara berpakaian yang kian miris banyak sekali remaja khususnya putri  yang mengumbar aurat dalam berpakaian kesehariannya, juga budaya pacaran yang tak memiliki ruler lagi. Banyak sekali remaja yang terperosok dalam hawa nafsu[9] dalam pergaulan dan lepas dari hukum-hukum Islam. Westernisme yang penuh dengan gemerlap dunia materialistik sebenarnya mampu diimbangi dengan konsep zuhud[10] yang berlaku dalam Islam, sehingga hendaknya remaja penerus bangsa mampu menjadi sosok pemimpin kelak dengan kerendahan hatinya.

Berfikir Menjadi Seorang “Muslim”
Mengamati nasihat yang disampaikan dalam percakapan Rasulullah SAW dengan Iblis la’natullah alaihi (yang diceritakan oleh Ibnu Abbas)[11]:
“Berapa banyakkah orang menjadi kekasih-kekasihmu dari kalangan umatku?” dengan perasaan bangga Iblis menjawab: “Ada sepuluh golongan”, yaitu:
1.      Pemimpin yang berbuat zalim
2.      Manusia yang bersifat sombong
3.      Orang-orang yang mempunyai harta banyak, tetapi tidak memedulikan dari mana harta itu didapatkan dan untuk apa harta itu dibelanjakan.
4.      Seorang alim yang membenarkan perbuatan zalim yang (selalu) dikerjakan oleh para penguasa
5.      Pedagang yang suka berkhianat
6.      Orang yang selalu menumpuk-numpuk harta kekayaan (tanpa mau menggunakannya di jalan Allah SWT)
7.      Para pelaku zina
8.      Orang-orang yang suka menawarkan makanan hasil riba
9.      Orang kikir yang selalu menghitung-hitung hartanya dan tidak mau menyedekahkan sebagian dari harta (yang didapatkan) kepada fakir miskin
10.  Para peminum khamr yang selalu berbuat maksiat
Semoga saja remaja Muslim di tanah air tidak termasuk dari 10 golongan di atas dan dijauhkan dan dijagakan dari perbuatan-perbuatan tersebut, percakapan selanjutnya:
“Berapa banyakkah orang menjadi musuh-musuhmu dari kalangan umatku?” Iblis menjawab (dengan perasaan benci tersimpan dalam dadanya), “ada dua puluh golongan” yaitu:
1.      Engkau ya Muhammad, aku sangat membencimu melebihi seluruh manusia yang pernah ada di muka bumi ini
2.      Seorang alim yang mengamalkan ilmunya
3.      Ahli Alquran yang membaca serta mengamalkannya
4.      Muadzin yang selalu mengumandangkan adzan
5.      Orang mempunyai kasih sayang terhadap fakir miskin dan anak yatim
6.      Orang yang dalam hatinya dipenuhi rasa sayang (terhadap semua makhluk)
7.      Orang yang bertawadhu
8.      Pemuda yang tumbuh di dalam ketaaan kepada Allah
9.      Orang yang memakan makanan dari harta yang halal
10.  Dua orang yang berkasih sayang semata-mata karena Allah
11.  Orang yang menjaga shalat berjamaah
12.  Orang yang selalu mengerjakan shalat malam ketika semua orang masih tertidur
13.  Orang yang menjauhkan dirinya dari perbuatan yang dilarang agama
14.  Seorang yang suka memberi nasihat (dakwah) kepada orang lain karena Allah
15.  Orang yang memperbaiki (selalu) wudhunya
16.  Orang-orang yang membelanjakan hartanya dijalan Allah
17.  Orang yang memiliki akhlak mulia
18.  Orang yang selalu membenarkan Tuhannya dengan apa saja yang telah Allah dijaminkan ke atasnya.
19.  Orang yang berbuat baik kepada Ibu dan janda
20.  Orang yang selalu mempersiapkan kematiannya (dengan mengumpulkan amal shahih)
Dengan menyimak golongan-golongan diatas hendaknya kita khususnya sebagai remaja muslim, mampu memposisikan dan membentuk karakter sehingga termasuk dari golongan di atas.
Sebagian besar perilaku manusia dibentuk dengan pembiasaan. Untuk membentuk kepribadian remaja muslim yang seutuhnya diperlukan pembiasaan-pembiasaan, antara lain: [12]
1.      Pembiasaan berpikir positif dengan dalil salah satuya adalah tentang berprasangka (kecurigaan) QS. Al Hujuraat ([49] : 12)
2.      Pembiasaan bersikap dan berpenampilan santu atau terpuji. Orang yang merasa malu dengan sesungguhnya adalah mereka yang memelihara pikiran dan bisikan hatinya; memelihara perut dan apa-apa yang dimakannya; mengingat mati dan musibah alam kubur. Barang siapa yang menginginkan akhirat, maka tinggalkanlah perhiasan dunia. Siapa saja yang telah melakukan semua itu, berarti ia telah sungguh-sungguh malu kepada Allah dengan malu yang sebenarbenarnya.[13]
3.      Pembiasaan berperilaku terpuji, termasuk didalamnya adalah sopan santu, berperilaku sabar, berjiwa besar, hidup bersih, tertib dan bersahabat dengan lingkungan hidup, serta jujur dan disiplin.

Terakhir hendaknya kita semua merenungi sebuah hadist yang diriwayatkan Oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah[14]
“Amalan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan Akhlak yang baik.”

Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang memiliki amalan tersebut di atas. Semoga remaja-remaja muslim Indonesia terus tumbuh sebagai generasi bermutu untuk Indonesia yang semakin membaik.


Daftar Pustaka

Buku:
Abu Abdillah. 2007. Rahasia Menjadi Kekasih Allah & RasulNya. Depok: Ar-Ruzz Media

Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Nor Huda. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Rachmat Ramadhana al-Banjari. 2008. Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-Qur’an. Jogjakarta: DIVA Press

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka

Rayner Hardjo. 2002. Kamus Populer Inggris – Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wawan Suyetna. 2008. Biografi Nafsu Manusia. Jogjakarta: Diva Press

Amin Syukur. 2000. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darsiti Soeratman. 1963. Sedjarah Afrika

Yusliani Noor. 2009. Timur Tengah (Asia Barat Daya) dalam Panggung Sejarah. Banjarmasin: Percetakan D’Junjung Buih


Catatan Perkuliahan:
Yusliani Noor. 2010. Bangsa, Negara Bangsa dan Negara Raya. Dalam perkuliahan Sejarah dan Studi Pemikiran Islam. November 2010

Internet:
Wikipedia. –isme. (online) id.wikipedia.org/wiki/-isme diakses pada 20 November 2010


[1] Beberapa teori menjelaskan Islam masuk ke Indonesia (Nusantara) pada abad 7 hingga 13 dengan ditemukannya makan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik 475 H (1082) dan beberapa makam Muslim di Tralaya yang berasal dari Abad 13 (Badri Yatim, 2008)
[2] Yusliani Noor (2009)
[3] Yusliani Noor (2010) dalam perkuliahan Sejarah dan Studi Pemikiran Islam
[4] Ibid. menyatakan Indonesia sudah “mirip” dengan konsep negara raya
[5] Dilihat dari perjalanan bangsa Eropa yang  menjelahi Dunia dan sudah barang tentu membawa kebudayaan yang mereka anut. Pelayaran merupakan jalur yang ditempuh para bangsa Eropa ini.
[6] Kamus Bahasa Inggris, Rayner Hardjo (2002)
[7] Pengertian –isme dari bahasa Latin diambil dari id.wikipedia.org/wiki/-isme
[8] Azyumardi Azra dalam Nor Huda (2007)
[9] Nafsu Menurut Wawan Suyetna (2008) artinya memiliki kecenderungan melakukan kedurhakaan, pembangkangan, atau kemungkaran yang menyebabkan terjadinya perbuatan maksiat (bersifat aktif mengerjakan larangannya)
[10]   Zuhud adalah perbuatan berusaha menjauhkan kelezatan dunia sehingga matanya tidak tertutup semata-mata dengan dunia yang sementara ini (Amin Syukur, 2000)
[11] Abu Abdillah (2007)
[12] Pembiasaan-pembiasaan ini dikutip dari Rachmat Ramadhana al-Banjari (2008)
[13] HR. Tirmidzi dari Aisya Ra
[14] Dikutip dari Amru Khalid (2005)

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V