Aruh Adat Baharin dapat
ditemui di desa Tambayan Kecamatan Halong Kabupaten Balangan Hulu Sungai Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan. Apabila kita ingin kesana jaraknya dari ibu kota
Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin menuju desa Tambayan kurang lebih berjarak
250 km, atau menempuh perjalanan dengan menggunakan mobil selama 7 jam. Upacara Aruh Adat Baharin merupakan
upacara pesta panen yang dilaksanakan setelah hasil bumi berupa padi dapat
dipanen. Sesuai kepercayaan leluhur, hasil panen tidak boleh dikonsumsi
terlebih dahulu sebelum dilakukan upacara baharin ini karena bila dilanggar
maka akan membawa malapetaka bagi warganya, upacara ini dilatarbelakangi
kepercayaan dinamisme dan animisme.
Upacara Aruh Adat
Baharin dilaksanakan dengan maksud mensyukuri hasil panen yang diberikan kepada
mereka. Upacara ini dilakukan selama kurang lebih 5 hari 5 malam, dengan
bertahap. Tahap pertama adalah pengumpulan hasil panen, berlangsung selama 2
hari. Tahap kedua adalah memasak hasil panen dan hewan sesajen dan proses
terakhir adalah pembagian hasil panen dan beberapa ekor hewan ternak (sapi)
yang sudah dimasak Upacara aruh ini disertai dengan tarian-tarian adat, bunyi-bunyian,
dan hewan kurban yang dilakukan diatas panggung, diberikan hiasan yang terbuat
dari tumbuhan (janur kelapa, bunga, dll). Tarian-tarian yang diperlihatkan
adalah tarian balian yang dilakukan oleh kaum laki-laki yang sudah di percayai
dan ditunjuk oleh pendeta untuk melaksanakannya.
Para penari ini tidak
boleh digantikan karena telah dikhususkan untuk upacara aruh adat baharin
sampai upacara adat baharin selanjutnya dilakukan. Para penari ini mengelilingi
alunan kecil yang terbuat dari daun kelapa disertai membawa sesajen berupa
makanan-makanan dan pilanduk yang sudah dikeringkan. Terkadang hewan yang akan
dijadikan kurban juga ikut digiring mengelilinginya. Dalam pengelilingan itu
terkadang beberapa orang jatuh pingsan, tetapi tidak beberapa lama mereka
bangkit lagi dan melanjutkan tariannya. Selain para penari yang telah
dikhususkan ,para tamu undangan yang ingin ikut menari juga diperbolekan. Tak
jarang para tamu undangan juga meramaikan dengan ikut menari.
Untuk memeriahkan
upacara, alunan musik berupa bunyi-bunyian juga tidak ketinggalan. Alunan-alunan
musik itu berasal dari Ginsal atau Hiang (gelang yang dibunyikan) dan Kalampat (alat
musik yang dipukul menggunakan bambu) dan Gandrang. Alat musik ini dibunyikan pada
pagi, siang, dan malam hingga upacara ini selesai. Penyelenggaraan upacara ini
dipersiapkan dengan sangat matang, untuk menyelenggarakan acara ini membutuhkan
dana kurang lebih 100 juta. Dana tersebut diperoleh dari berbagai kalangan
kelompok masyarakat. Hewan yang dikurbankan seperti kambing, kerbau, sapi,
umurnya tidak ditentukan. Jika hewan tersebut tidak memiliki kelainan dan sehat
maka sudah dianggap layak untuk di qurbankan. Setelah hewan di qurbankan dengan
disembelih. Hewan itu dimasak untuk santapan para tamu, semua tamu
diperbolehkan memakan masakan itu.
Selain tari-tarian,
alunan musik dan hewan yang di qurbankan. Upacara aruh ini juga dilengkapi
dengan bendera-bendera dari kain kuning yang disebut dengan Puja Rimbun dan daun-daun
kelapa yang diyakini sebagai lambang kemakmuran. Dan perlu diketahui bahwa
hasil panen yang sudah didapat tidak boleh di makan kecuali upacara aruh adat
ini selesai. Jika ada yang memakannya terlebih dahulu maka diyakini upacara
yang dilaksanakan akan mendapat gangguan-gangguan.
Penari "Balian" yang lemas
Penari "Balian" yang lemas
Para Undangan
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)
Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V