Aruh Adat Baharin

Penulis Toto Gutomo, pada 30 Des 2011

Aruh Adat Baharin dapat ditemui di desa Tambayan Kecamatan Halong Kabupaten Balangan Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. Apabila kita ingin kesana jaraknya dari ibu kota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin menuju desa Tambayan kurang lebih berjarak 250 km, atau menempuh perjalanan dengan menggunakan mobil selama  7 jam. Upacara Aruh Adat Baharin merupakan upacara pesta panen yang dilaksanakan setelah hasil bumi berupa padi dapat dipanen. Sesuai kepercayaan leluhur, hasil panen tidak boleh dikonsumsi terlebih dahulu sebelum dilakukan upacara baharin ini karena bila dilanggar maka akan membawa malapetaka bagi warganya, upacara ini dilatarbelakangi kepercayaan dinamisme dan animisme.

Upacara Aruh Adat Baharin dilaksanakan dengan maksud mensyukuri hasil panen yang diberikan kepada mereka. Upacara ini dilakukan selama kurang lebih 5 hari 5 malam, dengan bertahap. Tahap pertama adalah pengumpulan hasil panen, berlangsung selama 2 hari. Tahap kedua adalah memasak hasil panen dan hewan sesajen dan proses terakhir adalah pembagian hasil panen dan beberapa ekor hewan ternak (sapi) yang sudah dimasak Upacara aruh ini disertai dengan tarian-tarian adat, bunyi-bunyian, dan hewan kurban yang dilakukan diatas panggung, diberikan hiasan yang terbuat dari tumbuhan (janur kelapa, bunga, dll). Tarian-tarian yang diperlihatkan adalah tarian balian yang dilakukan oleh kaum laki-laki yang sudah di percayai dan ditunjuk oleh pendeta untuk melaksanakannya.
Para penari ini tidak boleh digantikan karena telah dikhususkan untuk upacara aruh adat baharin sampai upacara adat baharin selanjutnya dilakukan. Para penari ini mengelilingi alunan kecil yang terbuat dari daun kelapa disertai membawa sesajen berupa makanan-makanan dan pilanduk yang sudah dikeringkan. Terkadang hewan yang akan dijadikan kurban juga ikut digiring mengelilinginya. Dalam pengelilingan itu terkadang beberapa orang jatuh pingsan, tetapi tidak beberapa lama mereka bangkit lagi dan melanjutkan tariannya. Selain para penari yang telah dikhususkan ,para tamu undangan yang ingin ikut menari juga diperbolekan. Tak jarang para tamu undangan juga meramaikan dengan ikut menari.
Untuk memeriahkan upacara, alunan musik berupa bunyi-bunyian juga tidak ketinggalan. Alunan-alunan musik itu berasal dari Ginsal atau Hiang (gelang yang dibunyikan) dan Kalampat (alat musik yang dipukul menggunakan bambu) dan Gandrang. Alat musik ini dibunyikan pada pagi, siang, dan malam hingga upacara ini selesai. Penyelenggaraan upacara ini dipersiapkan dengan sangat matang, untuk menyelenggarakan acara ini membutuhkan dana kurang lebih 100 juta. Dana tersebut diperoleh dari berbagai kalangan kelompok masyarakat. Hewan yang dikurbankan seperti kambing, kerbau, sapi, umurnya tidak ditentukan. Jika hewan tersebut tidak memiliki kelainan dan sehat maka sudah dianggap layak untuk di qurbankan. Setelah hewan di qurbankan dengan disembelih. Hewan itu dimasak untuk santapan para tamu, semua tamu diperbolehkan memakan masakan itu.
Selain tari-tarian, alunan musik dan hewan yang di qurbankan. Upacara aruh ini juga dilengkapi dengan bendera-bendera dari kain kuning yang disebut dengan Puja Rimbun dan daun-daun kelapa yang diyakini sebagai lambang kemakmuran. Dan perlu diketahui bahwa hasil panen yang sudah didapat tidak boleh di makan kecuali upacara aruh adat ini selesai. Jika ada yang memakannya terlebih dahulu maka diyakini upacara yang dilaksanakan akan mendapat gangguan-gangguan.


Penari "Balian" yang lemas























Para Undangan



















0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V