Sosok Guru Super (Sebuah Tawaran Konsep Guru Profesional)

Penulis Toto Gutomo, pada 29 Mei 2011

Guru adalah sosok yang berdiri dibarisan depan pendidikan, guru menyandang banyak tuntutan dan tanggung jawab. Banyak sekali masalah yang hadir dalam sosok guru, mulai dari dalam diri guru sendiri hingga masalah-malasah yang datang dari luar. Masalah yang timbul dari dalam diri guru biasanya terfokus pada kemampuan yang dimiliki guru. Kemampuan disini karena guru tidak belajar dan terus belajar untuk mengembangkan ilmunya sehingga muncul beragam masalah dalam proses belajar mengajar, sedang masalah yang timbul dari luar antara lain faktor kebijakan pemerintah, perhatian yang kurang dari pemerintah, dan tidak adanya partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Guru super adalah salah satu konsep yang penulis tawarkan untuk melengkapi kemampuan yang dimiliki, hingga guru mampu menjawab semua tuntutan dan tanggung jawab hingga menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya menjadikannya sebagai seorang guru profesional.


Sebuah Essay yang saya buat untuk lomba Essay Tingkat Fakultas di Kampus :


Guru adalah salah satu profesi yang sangat di hormati di Indonesia. Selain itu menjadi guru juga menjanjikan gaji yang cukup besar, pemerintah telah menganggarkan 20% untuk pendidikan dengan harapan terjadi kemajuan dalam dunia pendidikan termasuk guru dan kompetensinya. Untuk mewujudkan pendidikan yang menghasilkan keluaran sumber daya manusia yang bermutu sudah pasti sosok guru profesional yang sangat menentukan.
Guru profesional memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pendidikan, tanpa dedikasi yang tinggi akan terwujud pendidikan yang kacau balau. Guru profesional dituntut memiliki beragam kompetensi mulai dari kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi pendidik. Beragam upaya dari pemerintah untuk membentuk guru yang profesional, sebut saja sertifikasi guru yang sedang ramai dilaksanakan. Konon jika sudah sertifikasi maka guru dianggap profesional dan sebagai imbalannya guru juga diberi tunjangan dalam jumlah tertentu. Pertanayaannya benarkah guru yang memiliki sertifikat pendidik adalah guru yang profesional? Sebaliknya apa guru yang belum lulus sertifikasi adalah guru yang tidak profesional? Menurut penulis, hal ini hanya terbatas pada legalisasi dan formalitas belaka, faktanya dilapangan masih banyak guru yang dianggap belum memenuhi standar meski sudah sertifikasi. Hemat penulis, guru profesional adalah guru yang mampu membawa peserta didik dalam dunia kelas yang nyaman dengan landasan tujuan-tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Guru super adalah sebuah konsep yang ditawarkan penulis untuk memabntu guru agar mampu menyandang semua tanggung jawabnya dengan profesional. Sebagai pilihan alternatif, konsep ini menitikberatkan pada beberapa aspek, antara lain, 1) kebijakan dan perhatian terhadap guru, 2) sosok pribadi, kompetensi dan kredibilitas mengajar guru, 3) pengakuan dan dukungan peserta didik, keluarga, dan masyarakat luas. Dengan pemenuhan tiga aspek diatas maka akan terbentuk seorang guru yang profesional. Selanjutnya akan lebih dijabarkan pada penjelasan dibawah:

1)      Kebijakan dan perhatian terhadap guru
Pemerintah dengan guru bagai orang tua dengan anaknya, dimana pemerintah menetapkan aturan-aturan untuk tujuan pendidikan yang lebih berkualitas dengan guru sebagai salah satu pelaksana teknisnya. Sebagai pelaksana, guru haruslah diperhatikan dan diawasi mulai dari pekerjaannya apakah sudah sesuai dengan tuntutan, prosesnya apakah sudah sesuai dengan prosedur, hingga gajinya apakah sudah sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya. Angggaran 20% untuk pendidikan dirasa sebagai wujud nyata perhatian pemerintah terhadap pendidikan, khususnya tentang kesejahteraan guru, tinggal gurunya yang harus memberikan bayaran yang setimpal dengan kemampuan profesionalnya.
Kebijakan yang berupa kurikulum, dalam pelaksanaannya selalu menitikberatkan pada guru sebagai tokoh yang berdiri pada barisan depan pendidikan, berarti guru sebagai pelaksana haruslah dibekali dan difasilitasi dengan kemampuan yang menyesuaikan perubahan kurikulum, harus ada pelatihan-pelatihan seperti diklat dan workshop untuk guru-guru. Pelaksanaan pelatihan mungkin sering dilaksanakan namun tidak sedikit guru yang enggan untuk mengembangkan kemampuannya dan menerapkan kurikulum yang baru, dengan alasan ribet dan sebagainya. Guru super adalah guru yang mampu mengembangkan diri dalam kaitannya dengan perwujudan suatu tujuan dalam perkembangan kurikulum.
Pemerintah khususnya dinas pendidikan harus responsif dengan keluhan guru dan tidak sungkan untuk turun langsung kelapangan, khususnya terhadap banyaknya keluhan guru yang ditempatkan di pedalaman dari masalah fasilitas yang pastinya jauh tertinggal dengan sekolah yang ada diperkotaan, transportasi/ akses menuju sekolah yang susah, hingga tunjangan yang tidak sesuai/ sedikit tidak sesuai dengan apa yang telah diperjuangkan oleh guru-guru disekolah pedalaman dan desa-desa pelosok serta tertinggal. Pada dasarnya, guru di daerah pedalam harus lebih kreatif dalam pembelajaran dan dalam menanggapi masalah-masalah yang muncul, sambil bersabar menunggu “bala bantuan”  dari pemerintah.

2)      Sosok pribadi guru, kompetensi dan kredibilitas mengajar guru
Guru adalah panutan, sebagai panutan guru haruslah memiliki moral dan mental yang baik sebagai modal awal. Kesadaran nasionalis juga harus dimiliki oleh setiap guru sebagai landasan kebangsaan agar menciptakan sumber daya manusia yang memiliki loyalitas terhadap bangsa dan negaranya. Guru harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya, jangan sampai terdapat guru yang “selingkuh” dari bidang ilmunya, seperti yang sering terlihat kebanyakan disekolah-sekolah pedalaman, contohnya guru mata pelajaran  kimia mengajar fisika, guru sejarah mengajar ekonomi dan seterusnya. Guru haruslah sosok yang berakhlak mulia, jangan sampai terdengar lagi kekerasan yang dilakukan oleh guru, apalagi pencabulan terhadap peserta didiknya, guru super tidak akan melakukan hal seperti ini.
Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peserta didiknya, baik disekolah maupun di luar sekolah dengan menyadari sepenuhnya tugas dan fungsi guru diantaranya: a) guru sebagai kolektor, guru harus mampu memilahkan ilmu dan pengetahuan yang ada di lingkungan sekitar dan berusaha memberikan nilai baik dan buruknya suatu fenomena sosial hingga pada akhirnya peserta didik mengerti apa yang harus dilakukan, b) Inspirator dan Inisiator, guru memberikan inspirasi dan inisiasi bagi peserta didiknya dengan memberikan acuan-acuan berfikir yang positif dan melemparkan wacana-wacana yang menuntut peserta didik turut andil dalam berpikir untuk pencapaian penyelesaian masalah, c) Informator, lugas dan cakap itulah misi guru sebagai informator, bahasa yang digunakan guru haruslah yang sesuai dengan peserta didiknya, d) Organisator, maksudnya guru harus mampu mengorganisir peserta didik sedemikian rupa hingga membentuk pembelajaran yang kondusif, kemampuan ini juga termasuk pengelolaan kelas yang baik, e) fasilitator dan mediator, selain membimbing peserta didik guru diharapkan mampu menjadi fasilitator dan mediator bagi peserta didiknya, fasilitas bukan terpaku pada fisik bisa juga hanya terbatas pada fasilitas diskusi, debat, dan lain-lain disini sekaligus guru berfungsi sebagai jembatan komunikasi antar peserta didik, f) supervisor dan evaluator, perhatian dan dedikasi tinggi terhadap pendidikan dan peserta didik harus dimiliki guru, selain mengawasi perkembangan peserta didik guru juga memberikan evaluasi dan menganalisis kelemahan peserta didik, selanjutnya memberikan pilihan  jalan keluar bagi peserta didiknya. Evaluasi diharapkan tidak menjebak siswa kepada “mental penyontek” guru sedemikian rupa memiliki kreatifitas untuk memilih model evaluasi yang tepat yang mamu menilai kemampuan siswa dalam kognitif, psikomotor, dan afektif. Selain itu guru juga harus selalu mengembangkan kemampuannya sesuai dengan tuntutan zaman, terus belajar sesuai bidang ilmunya masing-masing, tentang dunia pendidikan dan seputar belajar mengajar.

3)      Pengakuan dan dukungan peserta didik,  keluarga, dan masyarakat luas
Dunia Pendidikan memiliki tripusat pendidikan yakni sekolah, keluarga dan masyarakat. Sekolah sebagai agen pemerintah dalam dunia pendidikan belum mampu mewujudkan tujuan pendidikan jika hanya mengandalkan guru semata, butuh dukungan dengan kesadaran yang penuh dari keluarga dan masyarakat untuk membentuk suatu lingkungan yang kondusif dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Peserta didik diharapkan secara sadar memami betapa pentingnya pendidikan, proses pendidikan, hingga tujuan pendidikan. Sebagai tokoh yang dianggap sebagai panutan,  kebanyakan guru mendapatkan dukungan penuh oleh keluarga peserta didik dan masyarakat luas tinggal bagaimana sikap dari guru dalam mengarahkan bentuk-bentuk dukungan ini. Guru super selalu mampu memposisikan diri dalam lingkungan sosial dan menimbulkan kesadaran yang luas terhadap pendidikan oleh masyarakat disekitarnya, terbentuklah suatu atmosfer masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan hingga guru dengan mudahnya terus menjalankan dan mengembangkan profesinya khususnya pada proses pendidikan (proses belajar mengajar).

Guru di Lapangan
Tuntutan yang banyak disandang oleh guru memang tak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan melihat kemampuan masing-masing guru yang berbeda-beda, lingkungan pendukung yang berbeda, hingga perbedaan fasilitas yang dimiliki. Hanya sedikit dari guru yang dianggap mampu memiliki kemampuan profesional, melihat kemampuannya dalam mengajar dan pembelajaran yang kurang merespon dengan tuntutan zaman. Di era globalisasi tuntutan IT juga perlu dikuasai oleh guru selain kemampuannya dalam proses belajar mengajar. Kesalahan-kesalahan umum yan sering dan hampir terus dilakukan guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

1)      Perencanaan Pembelajaran
Tahap awal suatu pembelajaran adalah perencanaan, dalam perencanaan guru masih banyak yang tidak membuat silabus dan RPP. Hasilnya pembelajaran masih klasik seperti dahulu kala tanpa perencanaan silabus dan RPP. Padahal perencanaan suatu proses awal yang penting dan menentukan hasil belajar peserta didik. Masalah yang timbul disini adalah semata-mata kemalasan guru, dengan berbagai latar belakang alasan bermunculan. Beberapa guru yang “kreatif” mendownload silabus dan RPP dari internet, sudah barang tentu perencanaan ini tidak sesuai dengan kondisi sekolah tempat guru bekerja. Sebagain lagi memodifikasinya sehingga tampak sesuai dengan keadaan. Hanya sebagai kecil guru yang membuat perencanaan berupa silabus dan RPP, biasanya pada guru-guru muda yang fresh graduated.


2)      Guru menciptakan rasa bosan di kelas
Kelas adalah suatu tempat dimana proses belajar mengajar sering berlangsung, proses interaksi yang terjadi adalah antara guru dan siswa. Suana kelas yang diharapkan peserta didik adalah suana yang menyenangkan, namun faktanya masih banyak guru yang menciptakan rasa bosan di kelas. Guru seperti ini adalah kebanyakan guru yang penulis temui selama ini, guru yang menggunakan metode yang monoton selalu menciptakan suasana kelas yang membosankan. Apalagi jika guru hanya terus berceramah atau hanya menyuruh peserta didik untuk mencatat/meresum materi yang dibahas.
Strategi mengajar guru yang paling bertahan adalah strategi klasik yang menekankan guru sebagai center dari pembelajaran. Padahal pembelajaran bisa menjadi lebih mudah dan menyenangkan bila pembelajaran berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator dan mediator saja.
Guru seharusnya terus belajar bukan hanya menyuruh peserta didiknya untuk terus belajar. Kemampuan guru mengajar harus lebih baik dari hanya ceramah dan menyuruh mencatat, kalau hanya seperti ini anak SMA pun mampu melakukan tugas sebagai guru. Guru dituntut untuk kreatif, baik dalam pemilihan metode, model, hingga media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran dan penyampaiannya harus sederhana, sistematis, keratif, dan menyenangkan, karena pembelajaran seperti ini akan memudahkan peserta didik untuk menerima materi atau nilai-nilai yang disajikan oleh guru.
Solusinya adalah dengan terus belajar tentang belajar mengajar, bisa melalui membaca buku, sharing dengan teman sejawat, hingga berburu di internet, untuk ini guru hanya perlu menyisihkan sedikit gajinya jika merasa belum membutuhkan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi yang biayanya relatif mahal.

3)      Guru yang cuek bebek dengan lingkungan sekitar
Tidak peduli dengan lingkungan disini  maksudnya adalah tidak pernah melemparkan masalah-masalah yang terjadi disekitar untuk dibahas bersama-sama peserta didik sebagai suatu proses belajar mengajar. Sebenarnya fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar merupakan hal yang menarik untuk dibahas bersama-sama dengan peserta. Dengan pembawaan fenomena sekitar guru juga dapat menilai secara langsung kemampuan peserta didik khususnya dalam ranah psikomotorik serta dapat memacu peserta didik untuk terus belajar karena merasa tertarik dan penasaran tentang lingkungan sekitarnya.
Gaya mengajar guru diserap peserta didik dan sebagian besar dijadikan gaya belajar oleh peserta didik, pendekatan dengan lingkungan sekitar dirasa memudahkan peserta didik untuk memahami ilmu-ilmu yang hendak dipelajarinya, khususnya pada ilmu-ilmu sosial. Selain itu, peserta didik tidakhanya mengetahui/memahami, melainkan turut memeilih tindakan dalam menanggapi fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, sebuah prosesang muncul pada diri peserta didik ketika pendekatan lingkungan sekitar dilakukan.

4)      Guru yang tidak up-to-date
Era globalisasi bukan hanya terbatas masih pada wacana, melainkan telah dijalani dan menimbulkan banyak tuntutan kepada sang guru. Agar tidak dilindas oleh perkembangan zaman, guru diharapkan mampu memanfaatkan perkembangan yang terjadi di era globalisasi khususnya tentang pengetahuan yang terus berkembang hingga pada penggunaan media Internet dan Tekhnologi (IT) pada proses belajar dan mengajarnya.
Pada kasus ini sangat bergantung pada fasilitas setiap sekolah, jika tidak mendukung ya guru tidak bisa berbuat apa-apa, kalaupun  punya inisiatif untuk memakai dana pribadi. Pemerintah harusnya tanggap akan tuntutan ini dan memfasilitasi guru-guru untuk menggunakan IT dalam proses belajar dan mengajarnya. Guru yang memakai dana pribadi dianggap guru yang responsif dengan tuntutan zaman, dimana IT digunakan sebagai media dan memudahkan proses belajar mengajar. Misalnya penggunaan slide show pada proses pembelajaran hingga penggunaan email untuk sarana pengiriman tugas dan penggunaan blog untuk membagikan ilmunya. Untuk itu guru perlu dibekali dengan kemampuan mengoperasikan alat-alat pendukung IT, jika belum ada upaya pemerintah untuk mengadakan pelatihan, maka guru diharapkan mengembangkan kemampuannya sendiri, sekali lagi guru harus belajar dan dengan dana pribadi.

5)      Proses Evaluasi, penanaman mental penyontek
Evaluasi sering disempitkan artinya terbatas hanya kepada ulangan/ujian semata, padahal tujuan evaluasi adalah menganalisa kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik untuk selanjutnya dicari jalan keluarnya. Pemilihan suatu bentuk evaluasi dan penerapannya yang kurang selektif dan kreatif malah menimbulkan mental penyontek, faktanya dalam proses evaluasi ulangan / ujian guru selalu memberikan kesempatan untuk peserta didiknya menyontek. Guru super mampu memilih jenis evaluasi yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan sedapat mungkin menamkanrasa bertanggung jawab dan membentuk moralitas peserta didiknya. Dengan kreatifitasannya mampu mengolah  evaluasi menjadi suatu yang menyenangkan, misalnya proses evaluasi pemahaman siswa dengan melakukan pembelajaran menggunakan model bermain peran atau melakukan evaluasi individu dengan menggunakan model talking stick, dan masih banyak lagi.


Daftar Bacaan

Abdul Rahman. 2006. Super Teacher. Jakarta: PT. Grasindo.

Made Pidarta. 2007. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 

Redja Mudyahardjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syaiful Bahri. 2002. Guru dan Anak Didik. Jogjakarta

Toto Gutomo. 2011. Surat untuk Para Pendidik: Mengapa Engkau Menutup Mata. Opini pada Banjarmasin Post 16 Mei 2011

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.  Jakarta: Kencana Predana Media Group

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V