Mengamati Sastra Banjar dalam Kaitannya dengan Peristiwa Sosial

Penulis Toto Gutomo, pada 5 Jun 2011


Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar


    A.    Data Buku
                              Judul                     : Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar                              Jilid II (K – W)
Penulis                  : Ahmad Makkie dan Syamsiar Seman
Penerbit                : Dewan Kesenian Kalimantan Selatan
Tahun                    : 1998
Kota                      : Banjarmasin
Jumlah Halaman   : xii + 106


B.     Peribahasa dan Istilah Pilihan serta Artinya
1.      Kada ada buriniknya
Apabila sesuatu benda yang berat seperti batu atau benda berat lainnya dilemparkan kesungai yang dangkal biasanya akan timbul burinik (riak kecil) yang menandakan bahwa benda itu telah sampai kedasar sungai. Sebaliknya bilaman benda berat tersebut dilemparkan kesungai yang dalam maka biasanya tidak aka nada riak-riak yang timbul dipermukaan air.
Peribahasa ini dikiaskan kepada seseorang yang pergi merantau tidak ada kabar beritanya, sehingga tidak dapat diketahui apakah dia masih hidup ataukah telah meninggal dunia.

2.      Kada Bahabu Dapur
Dapur (terbuat dari tanah liat berbentuk seperti perahu) tempat memasak makanan dengan menggunakan kayu bakar. Kayu yang dibakar akan mendatangkan habu atau abu dapur. Artinya setiap ada yang dimasak dapurnya pasti berabu.
Peribahasa ini mengiaskan kepada seseorang yang sedang mengalami kekurangan makanan, dapurnya tidak berabu, karena tidak ada makanan yang dimasak.

3.      Kada Bacampur Minyak Lawan Banyu
Minyak tidak dapat bercampur dengan air, meskipun ditempatkan dalam suatu wadah yang sama seperti dalam botol. Minyak memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada air, sehingga minyak mengapung diatas air.
Peribahasa ini dikiaskan kepada seseorang yang kuat imannya, tak akan terpengaruh oleh godaan orang yang fasik untuk melakukan perbuatan maksiat. Seseorang yang telah kuat imannya tidak akan terpengaruh sedikitpun meskipun dia berada dalam lingkungan orang-orang yang tidak beriman. Peribahsa ini ingin menegaskan bahwa tidak sama antara orang yang baik dengan orang jahat, sekalipun berkumpul dalam suatu tempat atau lingkungan.

4.      Kada titik banyu diganggam
Betatapun rapatnya tangan menggenggam air, pasti akan menetes (titik) disela-sela jari.
Peribahasa ini menggambarkan sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi. Betapapun rapatnya tangan menggenggam air, pasti akan menetes juga. Periabahsa ini mengiaskan kepada seseorang yang sangat kikir, semisal air yang tidak dapat menetes dari genggamananya. Peribahasa yang sama maksudnya adalah “Angkin barajut”

5.      Kada Jadi Baras
Baras (beras) termasuk bahan makanan pokok karenanya harus selalu tersedia setiap hari dirumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan seseorang selalu dikaitkan dengan upaya untuk mendapatkan beras tersebut.
Ungkapan “kada jadi baras” adalah kata lain untuk menolak suatu pekerjaan yang menurutnya tidak mendatangkan hasil.
Peribahasa ini juga bisa ditujukan kepada orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang sia-sia, membuang-buang waktu, tenaga dan pikiran sedangkan hasilnya tidak ada, seperti misalnya sehari penuh main catur atau main dum (domino) atau mengobrol tak tentu arahnya.

C.    Pembahasan
Disini kami memilih beberapa peribahasa dan istilah yang kami anggap sering digunakan oleh masyarakat Banjar dan didalammnya terkandung pesan-pesan sosial. Pada peribahasa pertama masyarakat Banjar beberapa diantaranya memang suka merantau namun meski pergi jauh mereka selalu member kabar kepada sanak saudaranya di kampung (tempat asalnya) peribahasa ini merupakan sindiran agar mereka yang merantau selalu ingat kepada keluarga yang ditinggalkannya. Selanjutnya pada peribahasa dua disana kita bisa melihat masyarakat Banjar memiliki “malu” untuk menyebutkan kekurangannya disini mirip sekali dengan yang diajarkan Islam agar manusia menutupi kekurangannya.
Peribahasa ketiga disini sangat nampak nilai-nilai yang ditanamkannya, lagi-lagi berhubungan dengan iman (Islam) karena memang masyarakat Banjar menganut agama Islam. pesan yang disampaikannya adalah selalu menjadi seorang manusia yang beriman meskipun dilingkungan yang kurang mendukung.
Peribahasa keempat memiliki pola yang sama dengan peribahasa pertama, yakni berupa sindirian untuk mereka yang pelit. Masyarakat Banjar dapat dikatakannya mengontrol perilaku sosial salah satunya dengan sindiran. Terakhir, peribahasa kelima mengandung pesan apapun yang dilakukan hendaknya bukan merupakan pekerjaan yang sia-sia, apapun yang dilakukan hendaknya membuahkan hasil / bermanfaat.

D.    Kesimpulan
Masyarakat Banjar memiliki peribahasa dan istilah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, jelas didalamnya merupakan pesan-pesan dan juga sindiran-sindiran agar Masyarakat selalu berbuat baik. Peribahasa dan istilah ini ditulis dan dijadikan sebuah karya sastra yang sangat menarik.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V