Peribahasa dan
Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar
A.
Data Buku
Judul : Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa
Banjar Jilid II (K – W)
Penulis : Ahmad Makkie dan Syamsiar
Seman
Penerbit : Dewan Kesenian Kalimantan
Selatan
Tahun : 1998
Kota : Banjarmasin
Jumlah
Halaman : xii + 106
B.
Peribahasa dan Istilah Pilihan serta
Artinya
1. Kada ada buriniknya
Apabila sesuatu benda yang berat
seperti batu atau benda berat lainnya dilemparkan kesungai yang dangkal
biasanya akan timbul burinik (riak
kecil) yang menandakan bahwa benda itu telah sampai kedasar sungai. Sebaliknya
bilaman benda berat tersebut dilemparkan kesungai yang dalam maka biasanya
tidak aka nada riak-riak yang timbul dipermukaan air.
Peribahasa ini dikiaskan kepada
seseorang yang pergi merantau tidak ada kabar beritanya, sehingga tidak dapat
diketahui apakah dia masih hidup ataukah telah meninggal dunia.
2. Kada Bahabu Dapur
Dapur (terbuat dari tanah liat
berbentuk seperti perahu) tempat memasak makanan dengan menggunakan kayu bakar.
Kayu yang dibakar akan mendatangkan habu
atau abu dapur. Artinya setiap ada yang dimasak dapurnya pasti berabu.
Peribahasa ini mengiaskan kepada
seseorang yang sedang mengalami kekurangan makanan, dapurnya tidak berabu,
karena tidak ada makanan yang dimasak.
3. Kada Bacampur Minyak Lawan Banyu
Minyak tidak dapat bercampur dengan
air, meskipun ditempatkan dalam suatu wadah yang sama seperti dalam botol.
Minyak memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada air, sehingga minyak
mengapung diatas air.
Peribahasa ini dikiaskan kepada
seseorang yang kuat imannya, tak akan terpengaruh oleh godaan orang yang fasik
untuk melakukan perbuatan maksiat. Seseorang yang telah kuat imannya tidak akan
terpengaruh sedikitpun meskipun dia berada dalam lingkungan orang-orang yang
tidak beriman. Peribahsa ini ingin menegaskan bahwa tidak sama antara orang
yang baik dengan orang jahat, sekalipun berkumpul dalam suatu tempat atau
lingkungan.
4. Kada titik banyu diganggam
Betatapun rapatnya tangan
menggenggam air, pasti akan menetes (titik) disela-sela jari.
Peribahasa ini menggambarkan sesuatu
yang sangat tidak mungkin terjadi. Betapapun rapatnya tangan menggenggam air,
pasti akan menetes juga. Periabahsa ini mengiaskan kepada seseorang yang sangat
kikir, semisal air yang tidak dapat menetes dari genggamananya. Peribahasa yang
sama maksudnya adalah “Angkin barajut”
5. Kada Jadi Baras
Baras (beras) termasuk bahan makanan
pokok karenanya harus selalu tersedia setiap hari dirumah tangga. Dalam
kehidupan sehari-hari, pekerjaan seseorang selalu dikaitkan dengan upaya untuk
mendapatkan beras tersebut.
Ungkapan “kada jadi baras” adalah kata lain untuk menolak suatu pekerjaan
yang menurutnya tidak mendatangkan hasil.
Peribahasa ini juga bisa ditujukan kepada
orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang sia-sia, membuang-buang waktu,
tenaga dan pikiran sedangkan hasilnya tidak ada, seperti misalnya sehari penuh
main catur atau main dum (domino) atau mengobrol tak tentu arahnya.
C.
Pembahasan
Disini kami memilih beberapa peribahasa dan istilah yang kami anggap
sering digunakan oleh masyarakat Banjar dan didalammnya terkandung pesan-pesan
sosial. Pada peribahasa pertama masyarakat Banjar beberapa diantaranya memang
suka merantau namun meski pergi jauh mereka selalu member kabar kepada sanak
saudaranya di kampung (tempat asalnya) peribahasa ini merupakan sindiran agar
mereka yang merantau selalu ingat kepada keluarga yang ditinggalkannya.
Selanjutnya pada peribahasa dua disana kita bisa melihat masyarakat Banjar
memiliki “malu” untuk menyebutkan kekurangannya disini mirip sekali dengan yang
diajarkan Islam agar manusia menutupi kekurangannya.
Peribahasa ketiga disini sangat nampak nilai-nilai yang ditanamkannya,
lagi-lagi berhubungan dengan iman (Islam) karena memang masyarakat Banjar
menganut agama Islam. pesan yang disampaikannya adalah selalu menjadi seorang
manusia yang beriman meskipun dilingkungan yang kurang mendukung.
Peribahasa keempat memiliki pola yang sama dengan peribahasa pertama,
yakni berupa sindirian untuk mereka yang pelit. Masyarakat Banjar dapat
dikatakannya mengontrol perilaku sosial salah satunya dengan sindiran.
Terakhir, peribahasa kelima mengandung pesan apapun yang dilakukan hendaknya
bukan merupakan pekerjaan yang sia-sia, apapun yang dilakukan hendaknya
membuahkan hasil / bermanfaat.
D.
Kesimpulan
Masyarakat Banjar memiliki peribahasa dan istilah yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, jelas didalamnya merupakan pesan-pesan dan juga
sindiran-sindiran agar Masyarakat selalu berbuat baik. Peribahasa dan istilah
ini ditulis dan dijadikan sebuah karya sastra yang sangat menarik.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)
Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V