Membaca bebas: Satu kiat tingkatkan hasil UN cara halal

Penulis Toto Gutomo, pada 20 Jul 2012



Ujian Nasional (UN) sebagai sesuatu yang sering dianggap sebagai sebuah ancaman (thread) memaksa orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan mempersiapkannya, khususnya mereka yang terlibat secara langsung. Pihak sekolah, guru, siswa, dan orang tua, merekalah yang berada pada lingkaran terdekat dengan pelaksanaan UN. Setiap orang mengharapkan hasil UN yang tinggi dan melaksanakan kiat-kiat untuk bisa meningkatkan (dan mendongkrak) hasil UN. Sebut saja les di sekolah yang sudah dilaksanakan pihak sekolah, dan les-les lain yang diadakan pihak ketiga dari les kelas hingga les privat. Disisi lain ada juga yang “mungkin” akan mendongkrak hasil UN dengan jalan yang “tidak halal” seperti membeli bocoran dari berbagai pihak, atau yang lebih parah lagi pihak sekolah (guru) yang menyediakan bocorannya.
Salah satu kiat “halal” yang ingin saya tawarkan pada kesempatan ini adalah membaca bebas. Membaca bebas, adalah sebuah kegiatan yang dianggap asing bahkan belum dikenalkan dibeberapa sekolah kita. Bapak Muhammad Idris, seorang pendidik dan “pecinta pendidikan” di kota Banjarmasin membagikan ceritanya dalam diskusi kecil dengan saya beberapa waktu lalu pada situs jejaring sosial facebook.
“Kemampuan memahami teks bahasa Indonesia yang rendah selama ini menjadi salah satu faktor yang membuat hasil UN siswa rendah”, itulah hipotesa yang beliau ajukan kepada saya. Sebagai contoh, sebuah soal matapelajaran matematika disajikan dalam dua jenis, yang pertama adalah soal yang dipenuhi dengan angka dan rumus, dan satunya lagi adalah soal cerita. Selanjutnya beliau menemukan hasil, bahwa siswa cenderung kesulitan menjawab soal cerita daripada soal dengan angka-angka dan rumus, disini beliau melihat adanya keterkaitan antara kemampuan memahami teks Bahasa Indonesia dengan hasil UN.
  
Apa itu membaca bebas?
Membaca bebas adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, lebih rinci, sekolah menyediakan waktu sekitar 1 jam bagi siswanya untuk membaca buku, buku apasaja (yang berbahasa Indonesia) yang disukai siswa dan tersedia di perpustakaan sekolah. Tempat membaca pun tidak ditentukan, di kelas, di perpustakaan, dll, yang penting masih di lingkungan sekolah selama itu mendukug kegiatan membaca.
Dengan membaca, siswa akan terbiasa dengan Bahasa Indonesia, khususnya Bahasa Indonesia dalam teks, hingga menumbuhkan suatu pemahaman teks Bahasa Indonesia dan diharapkan siswa akan mampu memahami soal-soal UN nanti dengan baik. Kalau soalnya aja salah persepsi (karena kurang pemahaman teks Bahasa Indonesia) bagaimana mau menjawab dengan baik dan benar?
Bapak Muhammad Idris sedang “getol” menyuarakan kepada para kepala sekolah khususnya tingkat SMP di Banjarmasin agar mengadakan kegiatan membaca bebas ini, dan jika semua sekolah pada tiap satuan  pendidikan menyelenggarakannya, bukan tidak mungkin kan akan meningkatnya hasil UN? Insya Allah. Bahkan beliau bercerita bahwa sampai ada pustakawan yang menangis (mungkin karena terkejut, kagum, atau terharu) melihat perpustakaannya yang biasa bak kuburan kini menjadi ramai seperti layaknya sebuah mall.

Keuntungan Membaca Bebas
Membaca bebas sebagai sebuah tawaran kiat meningkatkan hasil UN tentu memberikan sebuah kentungan tersendiri, selain keuntungan tersebut kegiatan ini juga memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: 1) memenuhi perintah agama, sebagai umat Islam perintah Allah SWT yang pertama diturunkan dalam ayat Al-Quran adalah membaca, dapat dilihat pada ayat “Iqra”, 2) meningkatkan minat baca,  “buku adalah jendela dunia” itulah sebuah pepatah yang sering kita dengar, membaca buku dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan seorang siswa, 3) kegiatan membaca menyenangkan, dengan membaca bebas siswa diberikan kebebasan untuk memilih buku yang hendak dibacanya, sebuah “kesenangan” tersendiri dapat membaca bacaan yang sesuai dengan minat siswa (dengan catatan koleksi buku sekolah memadai), begitu juga dengan kebebasan yang diberikan dalam memilih tempat membaca. Seperti konsep Quantum Learning yang ditawarkan oleh Bobbi de Potter.
Namun membaca bebas juga memiliki kelemahan atau kendala dalam penerapannya di sekolah, hal ini dapat dilihat dalam berbagai aspek, pihak sekolah sebagai penentu kebijakan dan penyedia fasilitas, guru dan pustakawan sebagai pelaksana, dan siswa selaku peserta kegiatan. 1) Pihak sekolah, dalam hal penentuan kebijakan tidak semua kepala sekolah sadar akan pentingnya kegiatan membaca bebas ini, begitu juga dalam fasilitas perpustakaan yang belum maksimal baik fisik bangunan hingga koleksi buku yang “minim”, silahkan lihat bangunan (luas, fasilitas, dll) ruang perpustakaan disekolah dan mari hitung rasio jumlah buku dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada dalam satu sekolah,    2) Pihak guru dan pustakawan, dalam pelaksanaannya guru bertindak sebagai pengarah dan motivator agar siswa semangat membaca, guru yang kurang mengerti cenderung cuek. Pustakawan disekolah masih bisa dijumpai dijabat oleh yang kurang kompeten, bukan “cetakan asli” seorang pustakawan, kualifikasi akademik yang tidak sesuai berpengaruh kepada kualitas seorang pustakawan, 3) siswa, malas membaca adalah “sihir” sakti yang lengket pada otak siswa, harus ada kesadaran dalam diri siswa akan pentingnya membaca.
Terakhir, pihak orang tua juga harus berperan aktif membantu dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan membaca bebas di sekolah, dengan bantuan moril mendukung pihak sekolah dan membimbing siswa di rumah maupun materil dalam bentuk sumbangan uang ataupun dalam bentuk buku.
Yap! Membaca, mari membaca. Terimakasih bapak Muhammad Idris (urang ganal), diskusi dengan pian (=anda) memberi inspirasi, semoga banyak sekolah mengekornya.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V