Heuristik : Masalah Keistimaan Jogja

Penulis Toto Gutomo, pada 24 Des 2010



Dimulai dengan ungkapan “no documen no history” yang memang oleh beberapa ahli sudah dijatuhkan karena keberadaan sejarah lisan (oral history) yang dirasa cukup sebagai bukti sejarah, namun dirasa kurang pas jika tidak menyertakan dokumen tertulis yang dapat dipercaya. Heuristik atau tekhnik pengumpulan data secara selektif diharapkan mampu menghimpun data-data yang akurat, khususnya dalam dokumen-dokumen sejarah yang sifatnya sensitif dalam penafsiran (sangat subjektif).
Dalam kasus jogja banyak sekali dokumen yang muncul, dapat berupa artikel, opini, hingga buku. Pada kesempanan ini kami akan menyajikan dokumen hasil pengumpulan data kelompok yang diambil dari harian kompas (koran kompas) dari edisi 1 Desember hingga 23 Desember, hal ini karena keterbatasan koleksi harian kompas yang kami miliki (temui).
Keistimewaan Jogja jika tidak disikapi dengan bijak maka akan rentan akan perpecahan bangsa, menengok pada sejarah merupakan sesuatu yang harus dilakukan uintuk menentukan sikap yang bijak, perundingan dengan  pikiran dan hati tenang adalah suatu tuntutan hingga pada akhirnya ditemukan suatu hasil akhir yang tidak merugikan pihak “Jogja” dengan pendukungnya maupun pemerintah. Pelik dalam perdebatan yang panjang merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengambil sikap yang tegas namun bijak dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya.
Jika dilihat secara praktis hal ini hanya merupakan kesalahpahaman, membuktikan adanya kelemahan kesadaran terhadap sejarah bangsa Indonesia, posisi Jogja yang mendapatkan kedudukan yang istimewa adalah hak Jogja, dalam pelaksanaannya Jogja tetap merupakan bagian dan patuh pada pemerintahan RI.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sahabat blogger sangat berguna bagi perkembangan artikel (post) pada blog ini :)

Gunakan kotak komentar atas untuk pengguna Facebook dan Gunakan kotak komentar bawah untuk blogger ^^V